Penerimaan santriwati 2021 dan isi pikiranku

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Hai pembaca yang budiman...

Di akhir bulan Juli kemarin, kami baru saja kedatangan mujahidah-mujahidah baru kiriman Allaah subhanahu wata'ala. Kalau mau intip sedikit proses penyambutan para mujahidah kami, sila klik 👉 PSB 2021 Hidayatullah Kupang

Mujahidah-mujahidah? Emangnya mau berperang ke mana?
Oh iya.. Mereka ini mau berperang dengan beberapa nafsu duniawi dalam perjalanan menuntut ilmu. Hehe...


Yup! Kami menyebut mereka mujahidah. Dengan harapan besar kami, para santriwati baru di tahun 2021 ini kelak bisa beradaptasi, menerima segala keterbatasan yang akan mereka hadapi, dan menjadi wanita-wanita tangguh.

Banyak yang berbeda di tahun ini. Saya dan para pengasuh di asrama perlu lebih menguatkan pundak kami. Begitu juga segala pihak yang ada di pondok.
Bagaimana tidak? 
Angkatan tahun ini sedikit berbeda.
Selain beberapa perubahan pada biaya dibanding tahun-tahun sebelumnya, orangtua dan para dari anak-anak ini lebih kritis menanyakan segala macam fasilitas serta perkembangan anak-anaknya. 
Begitu juga dengan para mujahidah baru kami.
Sudah 2 tahun lamanya, angkatan tahun ini menikmati segala surga yang ada di rumah. Sekolah melalui online, bahkan banyak yang diliburkan karena Covid-19. 
Ya... Virus yang 2 tahun belakangan ini hangat dibicarakan dengan berbagai macam pihak percaya dan tidak percaya.
Saya sendiri bagaimana?
Saya masuk ke bagian yang percaya untuk saat ini.
Meski beberapa video yang saya tonton selalu menggoyahkan saya untuk mengatakan bahwa Covid-19 tidak ada, untuk sementara ini, saya tetap percaya itu ada.

Kembali ke penerimaan santri.

Santriwati sedang mendengar arahan, selepas witir sebelum tidur.
(Kumpul kondisional yang bersifat tiba-tiba)


Setelah 2 tahun menikmati surga di rumah, para mujahidah baru kami akan menghadapi hal baru seperti bertemu orang-orang baru, hidup 24 jam jauh dari orang tua, serba mengantri dalam segala hal, bangun jam 3 untuk sholat tahajjud, puasa Senin-Kamis, makan dengan lauk yang berbeda dari ekspektasi, kelas kosong karena guru tidak ada, dll.
Ditambah lagi pondok kami terkena dampak Badai Seroja pada April 2021 lalu, sehingga beberapa fasilitas rusak dan beberapa kali mengganggu kenyamanan. Para santriwati baru ini juga harus menerima dampaknya seperti kelas darurat, aliran listrik baru yang sering mati karena aliran lama sedang dalam tahap perbaikan terdampak seroja, yang juga berefek pada penyediaan air. 

Beberapa dari mereka harus berperang dengan pemikiran "kami sudah bayar mahal tapi kenapa begini?"

Bukan hal yang baru bagi saya mendengar kalimat itu. Sejak merantau melanjutkan sekolah di SMP-SMA Ar-Rohmah Putri Malang, lalu melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Pendidikan Indonesia, hal tersebut kerap keluar sebagai suatu protes. Memang hal yang berkaitan dengan biaya itu sensitif sekali. 
Berbeda dengan saat saya pindah saat kelas 2 SMA dari Ar-Rohmah Malang ke Hidayatullah Kupang tahun 2012 yang saat itu masih notabene membebaskan pemungutan biaya. Jarang sekali saya mendengar protes fasilitas. Ya, ada lah satu dua kali. Tapi itu pun hanya jika "lauk ikan tunjuk" sudah berlangsung lebih dari 3 hari.
Lauk ikan tunjuk itu merujuk pada garam yang kami sentuh dengan ujung jari lalu kami masukkan ke mulut sebagai penolak nasi. Nah begitu juga dengan angkatan tahun ini.
Jadi saya juga banyak meminta maafnya ketika ada satu-dua orangtua bertemu ataupun menelepon untuk bertanya tentang fasilitas dan pembiayaan. Begitulah nasib nomor saya yang dicantumkan dalam brosur. Meski sudah diberi tau tentang grup dan pengasuh asrama santri, nomor saya yang masih sering dihubungi. #Curhat.

Sudah mau setengah bulan angkatan 2021 masuk pondok dan sudah banyak hal yang terjadi juga. Masih banyak yang perlu kami kerjakan. Semoga kami bisa memperbaiki diri.

Terimakasih sudah membaca.
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.


Batakte, 12 Agustus 2021
22: 01 WITA
Ummu Imro'atus Sholihah