Barang jama'ah

Jama'ah.
Kalau dengar kata itu, jadi teringat kalimat kondang
"Jama'aaaah! Ooo jama'ah!"
Juga kadang terbayangnya hal-hal yang berbau religius. Atau bahkan hal yang agak sedikit, "meh".

Jama'ah artinya berkumpul. 
Berkumpul berarti identik dengan banyak orang. Orang-orang yang ramai melakukan sesuatu, atau hidup bersama-sama dalam satu lingkungan. Satu naungan. Satu kultur.
Hidup berjama'ah, bukan berarti norma-norma kesopan-santunan tidak terlibat di dalamnya. 

Baiklah, seperti yang terlihat pada judul dan pembukaan, Sudah terlihat jelas apa yang akan kubahas di sini. Aku tidak tahu, entah aku yang pelit atau memang keadaan yang akan aku ceritakan ini memang dapat dinilai tidak maklum.

3 tahun aku hidup bersama dengan seorang teman kamar di kosan sempit kami, aku tidak menggunakan barang miliknya tanpa setidaknya berteriak "oy, pinjam ini" ketika dia ada di lantai satu dan aku di lantai 2. Atau tidak menyentuh makanannya sampai setidaknya mendengar ia berkata "makan aja ya kalo mau"

Aku tentu tidak mempermasalahkan masalah pinjam-meminjam barang yang dapat dipakai berulang kali di sini. Eum, sebenarnya itu masalah juga sih ketika ternyata aku juga membutuhkan barang itu. Yang aku permasalahkan di sini adalah bagaimana kesadaran seseorang untuk terlebih dahulu meminta izin. Atau memberi tahu ketika orang itu ada dan menanyakan bahwa barangkali ia lebih membutuhkannya.

Ya, kalau meminta izinnya sudah terlaksana, setidaknya tenggang rasanya juga ditingkatkan.

Salah sendiri, mau hidup berjama'ah!
Ya... jadi manusia juga mbok peka-nya dipakai. 
Di sini saya akan memaparkan pendapat saya saja bahwa... 
Meski berjama'ah, meski suami-istri, kakak-adik, orangtua-anak, ada peraturan-peraturan tidak tertulis yang perlu kita catat dalam kepala dan terapkan dalam keseharian.
Mau masuk kamar saudara, ketok pintu. Mau masuk kamar ortu, ketok dan tidak langsung masuk kecuali di izinkan. Mau pakai barang saudara, minta izin dulu. Kalau gak diizinkan? Ya nggak usah pakai.

Ketika kita menggunakan barang orang lain tanpa izin, kita tidak tau kapan barang tersebut akan segera dibutuhkan oleh sang pemilik. Apalagi kalau barangnya hanya satu. Bisa saja saat anda sedang pakai barang itu tanpa izin, lalu sang pemilik ternyata sedang sangat atau bahkan lebih membutuhkan barang tersebut. 
Setelah dicari-cari, barang kemudian kembali dalam keadaan yang sudah tidak diinginkan. Oh, sakit tapi tak berdarah!

Saya tidak akan membuat umpama-umpama di sini. Sudah jelas bahwa itu suatu norma yang seharusnya memang berlaku seperti itu.
Jadi kalau pakai barang yang bukan pribadi milikmu, monggo minta izin nggeeh...🙂