Random curcol

Kita mungkin sudah biasa dengan kondisi kita tidak melakukan suatu kesalahan, tapi malah jadi ikut-ikutan disalahkan dan dimarahi, tapi beramai-ramai.

Tapi bagaimana dengan kondisi ketika diri kita sendirian disalahkan, bahkan dituntut karena keteledoran yang dilakukan orang lain, yang kita sendiri tidak tau bagaimana duduk perkaranya dan kenapa itu bisa terjadi?
Bagi saya, rasanya lebih menyakitkan.
Sudah 3 bulan terakhir ini, aku yang serba baper ini, diam-diam menelan rasa sakitnya. Meski seminggu ini akhirnya kuluapkan juga pada lisan. Mungkin karena terlalu riweuh.

Bayangkan saja, berbulan-bulan tanpa tau apa-apa, bahkan sempat merasa down karena seolah dipojokkan, kemudian sebuah tugas dipindahkan pada pundak saya dan akhirnya beberapa dari kerunyaman yang ada sedikit terselesaikan. Di iringi sakit kepala menghadapai puluhan tanda tanya yang sama dan komentar miring, saya mencoba merendahkan hati dan meminta maaf atas kesalahan yang bukan perbuatan saya. Tentu saja saya mafhum, kesalahan ini terjadi bukan karena keinginan sang pelaku juga. Ini diluar kendalinya. 

Tapi tetap saja, wetengku mules, sirahku loro, mamind ruwet. Hahahaha