Opini: Burukkah Stereotyping itu?

Coba tebak
Asal daerah/sifat dari orang-orang di dalam foto ini?
Gambar1:
Tindakan stereotyping bisa terjadi ketika melihat seseorang dalam foto
Hai semuanya! Sering dengar kata stereotyping kan? 
Saya cukup sering. 
Seperti barusan, saya habis menonton sebuah video di YouTube yang membahas tentang stereotype orang Indonesia terhadap bule alias warga keturunan non-Indonesia, yang datang melancong ke Indonesia. Parabule yang melancong ini kebanyakan di-stereotype-kan oleh orang-orang Indonesia sebagai orang-orang yang berduit banyak. Padahal mah gak mesti yah... Nah, saya jadi mikir nih terus ngobrol-ngobrol sama teman saya, nanyain pendapat dia tentang stereotype, dan memutuskan nulis ini untuk sekadar naruh isi kepala aja (padahal bukan bidangnya juga).


Temen-temen tau kan apa itu stereotype? 

Kalau teman-teman bingung apa itu stereotype, saya taruh definisinya di bawah nih. Ndak ilmiah-ilmiah banget kok, cuma dari kamus.
Stereotyping (kata kerja) berasal dari kata stereotype (kata benda/kata kerja).
Menurut (Kamus) Cambridge School – Dictionary (CSD):
(Stereotype is) A fixed idea that people have about what a particular type of person is like, especially an idea that is wrong
Artinya kira-kira begini:
Stereotype adalah sebuah gambaran tetap yang dimiliki orang-orang tentang seperti apa orang-orang dari suatu kelompok berasal, terutama gambaran/pemikiran yang biasanya adalah salah.
Nah! BIASANYA salah.
Kalau menurut Merriam Webster Dictionary (MWD):
(Stereotype is) An often unfair and untrue belief that many people have about all people or things with a particular characteristic.
Artinya:
Stereotype adalah sebuah kepercayaan yang biasanya tidak adil dan tidak benar/ tidak wajar yang dimiliki banyak orang tentang semua hal dari orang-orang ataupun barang-barang dengan karakter tertentu.
See Kepercayaan yang BIASANYA tidak adil dan tidak benar/ tidak wajar.
Jadi dari definisi kamus, stereotype sudah diartikan salah dalam CSD dan didefinisikan tidak adil atau tidak benar dalam WMD.
Dalam simpulan pemahaman saya, 
Stereotype adalah sebuah gambaran dalam pikiran manusia tentang sifat dan sikap suatu kelompok tertentu secara umum (persepsi). 


Ketika melihat foto diatas, apa yang muncul dalam pikiran teman-teman ketika disuruh menebak asal daerah/sifat masing-masing individu dalam foto itu? 

Kurang lebih teman-teman akan menebak asal daerah mereka dengan menghubungkan pada tampilan/bagaimana fisik mereka terlihat. Ya nggak? Atau menebak-nebak sifat mereka sesuai dengan aura yang terpancar dari mereka dalam foto itu.

Gadis berkerudung biru yang ditandai anak panah "Chinese?" sering sekali disangka sebagai perempuan keturunan China padahal dia adalah orang Indonesia.

Gadis berkerudung abu-abu yang ditandai anak panah "kalem" sering disangka sebagai perempuan kalem saat awal berjumpa, padahal ternyata jauh dari kata kalem. Hahaha.

Gadis berkerudung hitam dengan anak panah "Indo timur" itu sering disangka sebagai perempuan yang berasal dari Indonesia bagian timur. Dan kenyataannya memang iya. Meski ada yang pernah menyangka dia dari Aceh atau Jawa Timur padahal bertatap muka bukan lewat lihat foto. (Kurang timur apa muka saya? Hehehe")

Nah, semua tebakan tadi itulah sebuah hasil gambaran yang didasarkan pada stereotype yang ada di masyarakat yang bisa saja salah bisa jadi benar.


Kalo udah gini, ngomongin tentang stereotype jadi gak jauh-jauh dari pro dan kontra tentang baik dan buruknya. Kalau saya dan teman-teman sih gitu~
Makanya di sini saya ingin menulis sedikit opini. Siapa tau ada yang baca tulisan ini terus kita bisa tukar-tukar pikiran gitu. [ngarep blognya dikunjungi😅]
-
Setelah berkali-kali--bersungai-sungai, ngobrol tentang stereotype, baca-baca tulisan orang, nonton channel-channel orang di YuCub, pernah juga bahas tentang ini sama dosen di kelas Intercultural Communication, saya akhirnya menarik-narik kesimpulan bahwa stereotype itu masih tergolong tidak buruk.
Wih wih wih! Kenapa gitu? Gak bisa dong! Stereotype itu tidak baik! Buruk! Harus dihilangkan! Karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan!
Nya atuh, sabar heula. Sing kaleum.

Mari saya lanjutkan. 
Saya bisa mengerti mengapa dalam kamus CSD dan MWD, stereotype dikatakan sebagai hal yang biasanya salah, biasanya tidak benar, biasanya tidak adil dan biasanya tidak wajar. Itu karena hasil penggambaran secara umum tentang seseorang dari kelompok tertentu ini tidak selalu benar. Bahkan bisa jadi sangat berbalikan. 
Ingat, ada kata: biasanya, yang menunjukkan bahwa hal ini bisa jadi benar bisa jadi buruk, tapi karena biasanya salah, maka kita harus berhati-hati.
Kembali kepada kesimpulan saya bahwa: 
Stereotype itu masih tergolong tidak buruk.

Well, saya bilang begini karena:
Pertama. Stereotype itu manusiawi. Ya dari definisinya aja tertulis:
A fixed idea that people have
An often unfair and untrue belief that many people have
 [Atau hewan juga bisa melakukan stereotype ya? Euuumm… Seperti stereotype hewan jalanan terhadap hewan piaraan dalam film The Secret Life of Pets 1  misalnya. Hemm😮]
Beberapa orang mungkin bisa menghindarinya tapi ada juga yang tidak bisa. Saya sendiri, merasa bahwa saya biasanya akan melakukan tindakan stereotyping ketika berfokus pada seseorang/sekelompok orang, ketika ada rasa penasaran atau ingin tau terhadap mereka, atau ketika sedang merasa tidak aman. Yup, stereotyping memang susah dielak.
Tapi sadar ataupun tidak sadar, semua orang melakukannya.
Itu semua karena saking kompleksnya apa-apa yang terjadi di sekitar kita. Saking rumit dan ruwetnya hal-hal yang ada di sekitar kita, otak kita berusaha membuatnya menjadi hal-hal simpel dengan informasi-informasi serta pengalaman-pengalaman yang kita punya. Yang dimana secara tidak sadar, informasi-informasi tadi membentuk sebuah gambaran model tentang kelompok-kelompok tertentu dengan ciri khasnya. Sehingga stereotype akan memberikan informasi pada kita tentang dunia sekitar kita
Kedua. Seperti dalam kalimat penutup pada paragraph diatas: Stereotype itu informasi berguna bagi kita yang akan menghasilkan sebuah persiapan dari kita tentang bagaimana bersikap pada orang-orang dari kelompok-kelompok tertentu dengan ciri khasnya masing-masing.
Iya gak sih? 
Dari stereotype yang kita punya, kita jadi bisa tau apa yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan pada mereka. Karena stereotype biasanya adalah gambaran umum dari suatu kelompok tertentu yang biasanya meskipun salah, itu bisa jadi bekal kita ketika menghadapi orang-orang dari kelompok tertentu.
Misalnya, wanita yang mengenakan kerudung (jilbab) adalah muslimah (pemeluk agama islam yang menjaga hijab, sehingga kita akan bersikap menghormatinya dengan menjaga hijab (pembatas) juga.
Atau misalnya kita bertemu dengan orang asing yang terlihat seperti orang India, maka kita akan berhati-hati untuk tidak menawarkan daging sapi kepadanya. Karena seperti yang diketahui umum, bahwa orang India mensucikan Sapi.

Gambar2:
Stereotype bisa jadi hal bermanfaat ketika kita awal bertemu/mengenal seseorang
Jadi tentu saja stereotype jadi hal yang bermanfaat pada kasus diatas
Ada juga stereotype yang bagus tapi bikin rugi. Contohnya kayak persepsi orang-orang Western tentang warga Asia bahwa: 
Asians are so good at Math

Sebuah stereotype yang bikin beberapa orang Asia yang sebenarnya tidak pintar Matematika, jadi merasa serba kagok tapi juga senang karena dianggap pintar. Hahaha

Ada juga stereotype yang negatif misalnya dalam masyarakat Indonesia, masyarakat timur digambarkan sebagai orang-orang yang berwatak keras, padahal tidak semuanya seperti itu. Contohnya saja saya, orang timur yang lembek. Disewotin dikit langsung berkaca-kaca. Wkwkw


Apapun bentuk-bentuknya, stereotype masih jadi hal yang baik dan bermanfaat. 
Yang harus kita catat, adalah STEREOTYPE ini JANGAN SAMPAI MEMBUAT ORANG LAIN TERSINGGUNG. Atau malah yang lebih parahnya sampai pada tingkat prejudice; di mana karena bekal stereotype yang negatif pada orang-orang dengan latar belakang tertentu, lalu kita memperlakukan semua orang dari latar belakang tersebut secara tidak adil karena mereka berasal dari ras, agama, jenis kelamin, dan lain-lain itu. Kalau sudah kayak gini sih bisa masuk jadi tindakan diskriminasi.
Tapi, saya rasa prejudice dan diskriminasi masih bisa dihindari ya. 
Stereotype itu hanya sebuah pengetahuan (pikiran) yang ada dalam kepala. Sebuah gambaran awal tentang orang-orang dari kelompok tertentu dalam pikiran. Sebuah pikiran masih bisa diolah dan diperbaiki untuk melakukan penilaian terhadap seseorang dari kelompok tertentu yang kita temui.
Kalau prejudice sudah main melibatkan perasaan negatif dalam bersikap terhadap kelompok tertentu, dan diskriminasi melibatkan tindakan atau perlakuan tidak adil. 

Dari hasil baca sana-baca sini, stereotype dan prejudice adalah dua hal yang mirip-mirip. Namun stereotype berada dalam ranah kognitif memiliki nilai yang lebih positif yang lebih berdasar, sedangkan prejudice berada dalam ranah afektif dan bernilai negatif. Ranah kognitif adalah segala upaya yang melibatkan aktivitas otak, sedangkan ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan nilai dan sikap/watak.
Jadi sekali lagi, opini saya: Stereotype itu  tidak buruk. Kita harus pintar mengolahnya lalu menghasilkannya menjadi sebuah sikap yang tidak merugikan pihak manapun.

Sekian~
Gimana menurut teman-teman?
Kalau tulisan ini banyak salahnya ya saya mohon maaf dan minta masukannya.

Bandung, 19 Juli 2019
Ummu I. S.